#PejalanSehat
Aku memiliki satu unforgettable moment lagiiii!!!
Kali ini, unforgettable momentku terjadi bersama yuslina
atau cuslin atau lina atau pesek. Sedang hari jumat waktu itu, dan sepulang
sekolah kami memutuskan untuk pergi ke delta untuk........ rahasia redaksi.
Baiklah, di sekolah ada anak-anak jaws yang mengerjakan
tugasnya di aula. Yuslina mengatakan bahwa sebaiknya kita berbelanja dulu
sambil menunggu mereka. Dan kita pun melakukannya. Bersama dengan bekalnya, 50
ribuan, dan bekalku, 7 ribuan.
Oh, ada yang membahagiakan disini, saat kita keluar gerbang,
kami bertemu fira atau chofira atau pilak atau tongos. Yuslina sang bajak laut
pun merampas uangnya, dengan gayanya itu ia mengambil selembar 2 ribuan. Entah
mengapa, fira mengatakan ia ikhlas. Ataukah tidak tega? Ataukah kasihan? Hanya dia
dan Allah dan behelnya yang tau. Tapi biarkan, 2 ribu itu kan satu orang naik
bemo, lumayan lah.
Lalu setelah berbincang dan meninggalkan kerumunan spensix,
aku bertanya pada yuslina.
“Kita naik apa?” dengan polosnya wajahku dan lembutnya batinku.
“Becak.” Jawabnya, membuat wajah polosku menjadi aneh dan lembutnya batinku menjadi kasar.
Aku tahu yuslina pasti akan tertawa melihat ini.
Dan kami benar-benar naik becak. Cuslin yang pintar
negosiasi mendapatkan harga sini ke delta 10 ribu, yang termasuk sangat murah.
Kami pun menaikinya, setelah aku gagal meyakinkan yuslina bahwa naik becak
melalui gerumbulan anak spensix ini, apalagi kita pake seragam, itu isin.
Tapi bodohnya yuslina baru menyadarinya setelah kami sudah
menaikinya. Yuslina semacam berkata, “Isin cak isin cak isin cak” sementara aku
menunduk dan menutup muka. Yuslina berkata, “percuma lah nya, kalo mereka liat
aku pasti mereka tau disebelahku pasti kamu!” dan kemudian aku sadar dia benar.
Aku melihat kedepan, dan ke kanan, kemudian melihat banyak sekali anak-anak
yang kenal kita disitu. Yaaa aku memalingkan pandangan ke kanan lah, masa’ mau
dadah-dadah? Ya kan? :”
Lalu terdengar suara cici, “nyaaa anyaaaa” dengan nada datarnya.
Lalu terdengar suara tawa setelah itu. Lalu terdengar suara batinku mengatakan,
“matek.”
Yasudalah, 1 kilometer itu telah berlalu, dan kita telah
berada di jalanan sepi. Perjalanan ini,
sungguh sangat, menyedihkan... abaikan.
Percaya atau tidak, kita sempet mau foto insta loch. Biar gawl
gitu kan walaupun naik becak. Ye nggak ye nggak, yeeeeee.
Lalu kita sampai di delta. Terjadi perbincangan “Kesini ta? Eh
disitu wah. Situ lho yuuus. Enggak nya ada juga diatas. Yaudah nanti kita cari
disitu. Eh itu bukan sih?” dan semacamnya. Kami berhenti di lalalalalala dan
membeli barang-barang. Tahukah kamu, bahwa yang susah dengan berbelanja adalah
untuk mempertahankan uang yang ada di kantong kita? Tahu laaaah. Sip oke
abaikan.
Setelah berburu barang-barang yang kami perlukan, kami pun
pulang. Otw pulang kita beli texas loch, gawl kan? Yaaa walaupun aku menggali
uang di kantong dan ya begitulah. Tapi lumayan kan? Tenaga dibalaskan oleh nasi
goreng. Dan ternyata 2 ribuannya fira berfungsi juga... Ehm. Lalu kami
berjalan, dan keluar delta, dan........................................
Berjalan kaki menuju spensix.
“Situ lho nyaaaa deket kok. Itu lho diujung trus belok kiri.
Halah nyaaa setengah meter ae lho. Ayo nya semangaaaat! Depan itu lho keliatan,
aku lho pernah dari sini ke spensix. Deket waaah! EH KANTOR
PAJAAKKK!!!!!!!!!!!! Nembus iboe itu lho masa’ gatau sih? Halah deket deket
nyaaa jangan jok capek talaaah.” Kata yuslina penuh semangat.
Itu sebelum aku mengatakan, “Jauh yuuuuus! Apa kamu dari
tadi depan terus depan terus mana nggak ada belokaaan! He aku capek yus...
berapa jauh lagiii? Katamu sepuluh menit... duh gak rata lagi jalannya. Pojok mana
siiiiih nggak ada ujungnyaaa!! Capek yus gila pek tadi pagi aku habis lari
waah. Yo iyolaaah cuapek hee. Yuuss kamu nggak mau berhenti sini trus makan
taa? He capek yus...” dan dia ikut mengeluh.
Kau takkan tahu betapa senangnya saat kita sudah bisa
mencium bau spensix saat kita berada di depan siloam. Seperti surga... ya nggak
juga sih lebih tepatnya ya seperti spensix tapi itu gapenting yang penting kita
berhasil jalan kaki dari delta ke spensix dan sampai dengan kaki yang utuh.
Dan kami ke aula untuk makan texas dan sholat. Dan itu
membanggakan. Dan aku nggak percaya aku bisa jalan sejauh itu. Dan nasi
gorengnya texas pedes. Dan banyak anak yang gak dateng rapat dan membuat ku dan
cuslin jenuh. Dan aku masih inget keringetnya kayak gimana. Dan aku pamer ke
semua orang. Dan sampe rumah aku langsung tidur. Dan capeknya masih terasa
sampe sekarang. Dan kaki ku nggak enak kalo digerakin. Dan begitulah.
Kalo kata papaku sih, there’s always a first time for
everything.
Tapi kalo kataku sih, there’s always a last time for
everything.
Selamat tinggal, hidup sehat dengan berjalan kaki
berkilo-kilo meter trus abis itu makan jadinya semacam percuma dan kemudian
kaki yang capek ini bakal terkenang selama-lamanya dan juga post ini sebagai
piagamku dariku olehku yang akan kuingat dan yaudah.