"Bagaimana rasanya?" "Apa? Ini? "Ya." "Kau tak tahu rasanya buah persik?" "Aku tak tahu rasanya bagimu." "Umm, baiklah. Rasanya segar, sedikit berpasir--" "Berpasir? Seperti di pantai? "--ya, tidak. Tidak seperti itu. Jauh lebih lembut, dan manis." "Manis seperti kamu?" Telan. "Nathan, kau tak bisa menyamakan semua hal dengan hal lainnya..." "Mengapa tidak? Kan memang benar?" "Ya pokoknya tidak," Jade mengunyah lebih cepat. "Lagipula itu tidak benar." "Itu sungguh benar!" "Tidak!" Nathan terkekeh dan Jade yakin tawa itu mereda karena diculik angin. Jade melihatnya-- tiupan lembut menyapu poni Nathan. Ia jadi ingat pohon kelapa, yang membuatnya ingat dengan pantai, yang membuatnya teringat lagi dengan Nathan. Kemudian Nathan berhenti tertawa, dan perempuan itu yakin ketika angin lewat di telinganya ada suara Nathan cek...
Biasa sih. Panas. Tapi nggak terlalu sih. Tapi yaudalah. Right, where was i? Hmm. Enak ya kamis banyak praktek. Seni budaya, seni musik, tata boga. Hmm. Nggak enak ya kamis banyak praktek. Seni budaya, seni musik, tata boga. Tadi tata boga nya sukses dong~ bikin 2 menu padahal huehehe. Tapi aku telat terus. Kadang-kadang bel nya itu nggak kedengeran. Yah, gitu deh. Lagi rapat jaws dan kelewatan pelajaran lagi. Huh. Tadi itu beneran deh rapat nya sesuatu. Biasanya itu ya, berdiri di depan, teriak-teriak, dan yang lainnya itu sibuk sendiri. What makes it worse is, seniornya juga ribut sendiri. Hiks. Anyway, tadi itu seniornya ilang semua. Tinggal empat. Aku, cuslin, maya, annisa. Tapi, gak kayak rapat sebelum-sebelumnya, anak-anak itu pada diem. Diem. Ajaib. Kayak suaranya itu ilang tapi mereka gak sadar. Enak banget gitu ngomongnya. Semacam curhat sih. Bukan, semacam ceramah sih. Bukan jugaaa-_- semacam, apaya, cerita. Iya. Seneng gitu rasanya mereka ndengerin. Ada beberapa yang s...
Aku akan langsung ke intinya. Aku sudah jadi penulis terkenal. Karena itu aku punya hak untuk menulis lagi di blog yang sangat kucintai ini. Aku heran. Sebenarnya, saat aku pamit dan berjanji akan kembali sebagai penulis terkenal—sebenarnya aku sudah terkenal! Yap. Namaku sudah mejeng di OA dengan 1,000,431 followers. Anehnya, aku tak dapat menyadari betapa beruntungnya aku. Aku tak dapat menyadari, bahwa teman-temanku yang bilang, “cie masuk Kumpulan Puisi!” adalah bukti nyata bahwa aku sudah terkenal! Sebagai penulis!!!!!!!! Aku sungguh buta!!!!!!!! Aku juga tak tahu kenapa aku berorientasi pada ketenaran. Padahal itu tidak menjamin kesuksesan. Tapi aku begitu menginginkannya. Aku yang sudah sebenarnya sudah eksis, ingin menjadi jauh lebih eksis. Apa ya yang ada di otakku? Kenapa aku tidak menulis… ‘penulis hebat’ atau ‘penyair handal’? kenapa harus penulis terkenal… aku tidak tahu. Tapi, aku tidak boleh menolak itu, karena itu adalah bagian...