Aku Muak Dengan Perempuan
Oke langsung aja baca yah. Ini karyaku yang pertama di
post sama Sajak Liar, dan awalnya aku bikin ini supaya diriku lebih lega aja. Aku
akan menyampaikan cara-cara anehku meredam emosi kapan-kapan. Ini adalah
sindiran yang aku khususkan kepada setiap perempuan di dunia. Agak bodoh sih,
mengingat aku juga seorang perempuan.
Simak!
Aku Muak Dengan Perempuan
aku tak
butuh kotak sumpah serapah untuk mengatakan ini. aku akan mengucapkannya secara
tersurat. aku muak dengan perempuan.
aku muak
dengan perempuan yang selalu menggunjing orang lain. aku muak dengan mereka
yang semangat membahas begitu banyak keburukan masyarakat.
aku muak
dengan perempuan yang hanya bisa bergaul dengan perempuan. aku muak dengan
'perkumpulan perempuan cantik' atau bahkan 'perkumpulan perempuan jelek'. aku
muak dengan perempuan dan segala komunitas bodohnya itu.
aku muak
dengan perempuan yang selalu patah hati. aku muak dengan mereka yang menikmati
perhatian orang saat mereka tersungkur, menangis. memalukan.
aku muak
dengan perempuan yang selalu seperti itu. aku muak dengan perempuan. aku lupa
bilang, mereka sangat bodoh. mereka bilang semua laki-laki itu sama saja,
padahal mereka yang sama saja. sama semua. memuakkan semua.
mungkin,
aku muak dengan perempuan seperti diriku.
mungkin,
aku tidak hanya muak. aku benci. aku sangat benci pada perempuan.
aku
benci setiap hari mendengarkan kisah hidup orang yang bahkan tidak sadar akan
keberadaanku. aku benci dipaksa merespon aib memalukan orang lain. aku benci
berada di meja dimana semuanya menilai orang yang bahkan tidak mereka kenal.
aku
punya hak. untuk apapun. untuk membenci, untuk mengutarakan pikiran, untuk
membuka pikiran semua perempuan yang membaca ini.
aku juga
punya hak untuk hilang.
aku
punya hak untuk tidak menjadi perempuan.
aku akan
meninggalkan mereka.
aku akan
sendiri. tapi aku takkan kesepian.
aku akan
jadi wanita.
(Surabaya;
kala langit mengurai api di pundakku)
via Sajak Liar
1 Oktober 22.42
Omong-omong, ini karyaku di Sajak Liar yang komennya banyak sekali. Aku jadi bingung. Padahal ini tidak puitis. Ini emosional. Tapi mereka suka! Ya, aku cuma bisa senang karena dari belasan(?) puluhan(?) yang komen, tidak ada yang bilang aku alay. Ehehe.
Baik aku akan mengakui sesuatu. Versi asli dari Aku Muak
Dengan Perempuan itu jauh lebih panjang. Namun, aku hapus karena rasanya tidak
adil kalau aku menyinggung tentang stereotype yang itu. Oke, sebenarnya
stereotype yang adil itu tidak ada. Tapi, yah, aku juga tidak mau
membuat tulisankku panjang dan membosankan, jadi aku hapus saja keluhanku itu.
Ah. Tunggu.
Beri aku waktu untuk mengumpulkan keberanian.
AAAHHHH AKU TIDAK TAHU HARUS MENULIS APA.
Aku telah menyembunyikan begitu banyak rahasia dan…
menyelesaikan post ini berarti berhenti menyembunyikannya. Ini seperti sebuah
pengakuan besar. Ini seperti menyatakan perang!
Tapi toh, tidak mungkin seseorang menyembunyikan apapun
selamanya.
Baiklah. Aku akan menjelaskan latar belakang dari tulisan
ini. Untuk kalian, pembaca, yang merasa terlibat, aku tidak melarang kalian
untuk mempublikasikan ini. Hanya saja, saat kau melakukan itu nanti, aku jamin aka
nada perubahan besar dalam hidupku. Dan, perubahannya baik atau buruk itu
pilihanku. Aku sudah terbiasa mengambil hikmah dari apapun. Aku jadi rindu
menghadapi resiko, hahahaha.
Aku muak dengan perempuan hanya SETELAH aku sadar kalau
ternyata semua perempuan itu memuakkan. Sama seperti aku. Dan menjadi perempuan
itu memuakkan. Perempuan itu busuk semua! Begitu kata otakku.
Di suatu siang yang tenang, akan ada seseorang yang
memberi kabar tentang seseorang di Instagram. Seseorang yang Sweet 17-nya
seperti sebuah konser. Bahkan, terlalu mewah untuk disebut sebagai konser! Tentu
saja, aku sebagai makhluk sosial yang dikodratkan untuk membaur, ikut melihat
seperti apa pesta yang mereka bahas terus itu. Dan tentu saja sebagai seseorang
yang ditanya pendapatnya, aku akan berbohong, lalu pura-pura peduli.
Ada saat juga dimana mereka membicarakan tentang pasangan
yang sudah tunangan, namun si cowoknya ini menghamili perempuan lain. Sisa hari
akan dipakai untuk menyinggung pasangan ini, atau sekedar ngestalk dan kemudian menyalurkan handphone agar semua orang bisa
lihat foto yang baru saja ia upload. Dalam
bahasan ini, aku cuma bisa mencari kata-kata yang cocok supaya tetap bisa ikut
dalam percakapan. Dan ah, tentu saja, yang aku ucapkan itu menghujat: gila. Sumpah? Yaampun gak diajarin sama
orang tuanya ta. Ih nggilani pek.
Namun tentu saja, ada orang yang benar-benar beda dari
orang lain. Orang yang tidak terpengaruh oleh ghibah harian yang disiarkan di
kelas. Orang yang hampir tak pernah berpikiran negatif. Orang yang membuatku
tidak ikhlas mengkategorikan ia sebagai perempuan. Maka itu, aku memutuskan,
untuk mengelompokkan semua perempuan yang telah berubah menjadi bijak dan
akhirnya punya identitas baru, yaitu: wanita.
Dan aku ingin menjadi wanita!
Maka itu, dengarkan aku dulu.
Dengar.
Aku menilai kalian dan dari sana kalian dapat hak untuk
menilaiku. Silahkan.
Tapi dengar.
Aku tahu hal-hal yang kalian bahas merupakan fenomena
sosial yang memang pantas untuk dibahas, karena begitu menyimpang. Aku juga
tahu kalian akan mengambil hikmah dari ini yaitu untuk TIDAK melakukan ini. Dan
perihal Sweet 17 tadi, aku tahu itu hanya untuk bercanda dan berimajinasi
tentang pesta yang akan kita adakan jikalau kita memiliki harta sebanyak dia.
Aku tahu, semua itu hanya untuk kesenangan. Aku tahu,
kalian menghibur satu sama lain.
Aku kenal kalian. Aku tahu kalian tidak bermaksud men-judge atau menghujat orang lain. Walaupun,
yaaa, orang-orang itu sudah jelas-jelas salah. Dan seluruh dunia pun membenci
mereka. Tapi aku tahu, terkadang, kalian membicarakan ini hanya untuk mengisi
waktu kosong. Hanya sebagai sebuah topik.
Kalian tidak serendah ‘perempuan’ yang aku tulis di atas.
Kalian tidak terobsesi untuk gossip, walaupun terlihat jelas semangat kalian
yang menggebu-gebu saat ada yang bilang, “he. Aku onok cerita.”
Namun, kembali lagi ke aku yang sedang sangat muak pada
perempuan, aku tidak tahan jika harus berpura-pura lagi.
Aku tidak kenal mereka, jadi aku tidak peduli. Sudah. Itu
saja alasanku.
Dan untuk kalian, teman-teman SMP-ku, yang bertaya-tanya
mengapa orang se-gaul aku, seseorang yang mengikuti tren seperti aku, bisa
tidak tahu beberapa artis Ask.fm yang begitu sering kalian bicarakan itu: kalian
punya hak untuk bilang aku kudet.
Aku hanya ingin menjadi wanita, sekarang ini. Aku akan
kehilangan teman. Aku tahu. Aku telah menjauh. Kalian sudah lihat itu di depan
mata kalian. Anya Junor yang baru. Anya Junor yang bukan perempuan lagi!
Ya sudah. Itulah aku sekarang.
Oh, ada hal lucu.
Jadi, aku memang telah membuat jarak antara diriku dengan
teman-temanku yang perempuan. Lalu aku mulai main bersama anak laki-laki. Aku mulai
ikut perbincangan mereka yang sungguh aneh dan jayus.
AKU ULANG.
ANEH DAN JAYUS.
Untuk kalian, teman-temanku yang laki-laki, tempatku
menagis tentang kemuakkanku pada perempuan, terima kasih banyak. Untuk kalian
yang memperbolehkan aku duduk di kantin, menjadi satu-satunya yang memakai rok,
terima kasih banyak. Untuk kalian yang saat pensi, peka kalau aku tidak bisa
membaur dengan anak-anak perempuan, dan akhirnya bilang, “wes kon ambek kene
ae.” Terima kasih banyak!
Terima kasih banyak! Dan aku sayang kalian!
Aku menghargai kalian yang memanggilku ‘lanang’ sekarang.
Terima kasih, itu membuatku merasa berhasil telah melepaskan jati diriku
sebagai perempuan.
TAPI, YAH, LIHAT AKU SEKARANG.
Aku memutuskan untuk membuat pilihan kekanakanakan, yaitu
curhat pada dunia maya. Astaga, aku padahal bisa saja menyelesaikan masalahku
dengan berbicara pada kalian semua. Tapi, aku tetap memilih untuk diam. Tidak apa-apa
lah. Kalau aku belum pantas menjadi wanita sekarang, maka aku akan jadi wanita
nanti!
Kalian benar. Aku lebih mirip seorang laki-laki daripada
seorang wanita.
Aku memang bukan perempuan lagi sekarang. Dan yang lucu
adalah: aku sekarang seorang laki-laki!
(aku tetap suka pada laki-laki, in case kau berpikir yang aneh-aneh)
Sudahlah. Aku lega sekarang.
Tidak peduli identitasku apa. Pokoknya, aku melepas
identitasku sebagai seorang perempuan!
Aku sayang kalian. Tetaplah menjadi perempuan! Dunia butuh
kalian.
Selamat tinggal.