Supir

 "Kemaren pas kakak nemu kuncinya Scoopy kakak kira itu buat kakak. Eh ternyata tetep motornya Daddy."

"Kalo emang buat kakak, emangnya kakak boleh?"

"Nggak. Hm, padahal kakak udah SMA. Gimana nanti kalo kakak udah kuliah?"

"Ya nongkrong. Biasanya lo orang kuliah selesai kuliah ya nongkrong di deket kampus."

"Kakak lo pengen kerja pas kuliah."

"Gapapa, Mommy kan juga gitu."

"Ya gamungkin lah. Siapa nanti yang anter jemput?"

"Kan gamesti kerja yang kerja gitu kan kakak bisa online shop, bisa--"

"--Tapi kakak gamau! Kakak maunya jadi penyiar, kakak mau magang di majalah, kakak mau--"

"--Ya cari kerja yang bisa naik bemo."

"..."

Yaudah kakak jadi supir bemo aja.





Hai.

Itu tadi kutulis dulu sekali. Aku nemu di draft. Lalu bingung kenapa dulu aku sempat se desperate ini.

Kamu tahu, aku sering sekali 'mbolang' benar-benar tanpa kendaraan, hape lowbatt, uang tak cukup untuk taksi, dan sendirian. Sering, sampai sekarang.

Pada akhirnya aku selalu di selamatkan Tuhanku.

Di pinggir jalan, atau kadang di mall hanya dengan sebuah minum, aku berkomat-kamit sendiri. Aku mikir keras gimana caranya pulang, dan kadang bicara keras-keras, "ya Allah, pulangin aku."

Selalu ada jalan. Selalu ada bantuanNya. Aku berkeliaran sendirian di tengah kota tanpa tahu nanti pulang gimana, gila, dan aku tetap sampai dengan aman.

Entah nemu teman di tengah jalan, nemu bemo tiba-tiba dan ternyata kearah rumahku, atau dikasih kekuatan berjalan kaki-- jauh, ciyus-- aku juga tak tahu kenapa dulu aku setakut itu kemana-mana tanpa sebuah motor.



Astaga, aku lho punya Allah.

Kenapa harus minta yang lain.

Popular posts from this blog

Aku Tidak Ingin Mati Dengan Tenang

Lihat Khianat & Lihat Khianat 2.0