What it takes to be in charge

-
It's freezing here and i think I'm sick.

I'm making myself a cheese sandwich and a hot tea in a bottle so i can drink and eat inside. A good book is right beside me, and I'm hiding my feet under a blanket aaaaand my eyes are red. I'm not sure how important this is but hey, at least i noticed.

So this is what it takes to be in charge:
An older age
Homeworks done
Not-bad-good-work-though report card
The ability to cook
Responsibility
There. I said it. And i got all it takes to be in charge.

So my mom and dad is going to Jakarta, and no way my brother is going to let them go without him, so it's only me and my little sister-- and thank god yes of course I'm in charge.

I'm not so sure what my sister will say when she knows I'm posting something like this, but i can imagine her saying "Kakak, you're not in charge," but of course i am. I mean, she's in charge? That's not gonna happen, though.

I've got some good thing about this though. I even made a list!
Watch TV all day
Spend time sleeping
Play laptop and other electronic things 
Freedom
Naaah the last one doesn't really count. I got freedom already before i was in charge! And that's why my parents are the best. Oh, there are bad things too though. Well of course there is, duh.
Prepare school things alone
Eat alone
Watch TV alone
Run around the house alone
Wash the dishes alone
Do the laundry alone
Anyway, i just tasted a blueberry roll cake with the cheese sandwich i made, and it's totally deeeeelicious. Proceed.
Talk about awesome things at school alone
Laugh alone
Clean bedroom alone
Have tea alone
Think about what us five can do together
Wait wait wait. I don't laugh alone, that like crazy! I'm not crazy.

So maybe that's about it. Remember that. My advice-- if you call it that way --could be very useful! Oh, its true. I have tried following my own advice and it worked. And it worked....... because no one else gave me the advice.

Toodles! My eyes are like burning.

Popular posts from this blog

Aku Tidak Ingin Mati Dengan Tenang

-
Ini puisiku yang paling sukses. Gatau kenapa. Astaga. HUAAAHH. Padahal iseng doang ngirim ini. Pertama di publish oleh Sajak Liar, pada tanggal 20 Maret jam 23.14. Puisi pertamaku yang likesnya tembus 1000. Ngga tau harus seneng apa takut. Minat suicide setinggi itukah?????? Aku harap tidak. Semoga cuma karena topik yang provokatif aja. Anyway, enjoy. Ini jadi puisi yang membesarkan namaku, mungkin, jadi... aku harap ini lumayan mencitrakan diriku. ENTAHLAH. Gatau. Perspektifku biasa aja tentang tulisan ini. Serius. Tapi menurut pembaca gak gitu, so... okelah. Selamat membaca. Jangan lupa nyabut kabel charger laptop kalo udah selesai dipake. AKU INGIN MATI DENGAN TIDAK TENANG Aku tidak ingin mati dengan tenang. Tidak pada umur 92 terbaring lemah karena usia. Tidak pada umur 84 penuh luka asam urat. Tidak pada umur 70 dalam tidur di atas kapuk. Aku tidak ingin mati dengan tenang. Tidak pada Maret 2017 didepan pil dan sebuah gelas. Tidak pada umur 18
Read more

Lihat Khianat & Lihat Khianat 2.0

-
Jadi ini dua puisi yang tidak sengaja berpapasan. Siapa duga, ternyata mereka memang satu orbit. Lihat Khianat 2.0 yang saya ciptakan duluan. Suatu waktu di tahun 2016 lah. Untuk konsumsi sendiri saja. Kemudian Lihat Khianat yang terbaru ini karena terinspirasi dari... kacamata saya sendiri. Sebenarnya, terinspirasi dari permintaan orang-orang yang ingin melihat wajah saya tanpa kacamata. Saya turuti hanya untuk orang-orang terdekat. Dan entahlah, saya rasa, hal itu bukan hanya tentang melihat wajah saya. Itu lebih dari itu. Saya memperbolehkan mereka melihat saya dengan kondisi yang berbeda dari biasanya, itu membutuhkan kepercayaan. Bukan perihal saya tanpa kacamata, tapi perihal saya yang menerima mereka sebagai bagian dari jiwa, bagian dari takdir saya. Perihal saya yang memperlihatkan cuplikan kegilaan saya. Belum lagi, kalau lawan saya itu berkacamata juga. Saya tergoda untuk mengajukan permintaan yang sama. Melihat seseorang tanpa kacamata itu tidak sesederhana itu. Mata m
Read more