Lihat Khianat & Lihat Khianat 2.0

Jadi ini dua puisi yang tidak sengaja berpapasan. Siapa duga, ternyata mereka memang satu orbit.

Lihat Khianat 2.0 yang saya ciptakan duluan. Suatu waktu di tahun 2016 lah. Untuk konsumsi sendiri saja. Kemudian Lihat Khianat yang terbaru ini karena terinspirasi dari... kacamata saya sendiri. Sebenarnya, terinspirasi dari permintaan orang-orang yang ingin melihat wajah saya tanpa kacamata. Saya turuti hanya untuk orang-orang terdekat. Dan entahlah, saya rasa, hal itu bukan hanya tentang melihat wajah saya. Itu lebih dari itu.

Saya memperbolehkan mereka melihat saya dengan kondisi yang berbeda dari biasanya, itu membutuhkan kepercayaan. Bukan perihal saya tanpa kacamata, tapi perihal saya yang menerima mereka sebagai bagian dari jiwa, bagian dari takdir saya. Perihal saya yang memperlihatkan cuplikan kegilaan saya. Belum lagi, kalau lawan saya itu berkacamata juga. Saya tergoda untuk mengajukan permintaan yang sama.

Melihat seseorang tanpa kacamata itu tidak sesederhana itu. Mata mereka tidak pernah terlihat--- selalu terpantul cahaya kuning-biru. Kadang hijau, dan pernah merah. Intinya, sulit untuk mengetahui apa yang sebenarnya mereka rasakan. Takut, kah, terharu, kah, sedih-senang semua samar. Hal itu keuntungan besar bagi saya yang berkacamata sejak kelas 4 SD. Dan sekarang, berani menunjukkan emosi saya di depan seseorang... pastilah orang itu penting bagi saya. Semoga yang membaca tulisan ini, merasa dan mengikhlaskan. Selamat, kamu baru saja menjadi topik untuk puisi saya.

Eh, tapi kenapa tentang perselingkuhan?

Tidak tahu. Terbiasa seperti itu. Jemari saya tidak kenyang bila tak menciptakan kisah tragis. Bisa sedikit kenyang jika membuat sajak genit. Tapi puisi yang ini tidak bisa genit. Ini jauh lebih berarti dari itu. Dan melalui blog ini, saya memutuskan untuk menjadi penulis bertanggung jawab yang menjelaskan pesan-pesan tersirat pada tulisan saya.

Lihat Khianat pernah di post di Bibliophilia tanggal 10 Juni 2017, jam 18.42. Selamat membaca. Semoga kisah ini hanya untuk konsumsi semata, dan bukan untuk dijadikan kisah nyata. Jangan lupa menyalakan lampu ketika membaca. Kalau tidak, kau akan berakhir sepertiku yang berkacamata.





LIHAT KHIANAT

.

angkat kacamatamu!
biar milikku saja
yang memantulkan lara

rendahkan kacamatamu!
biar milikku saja
yang memancarkan buta

lepas kacamatamu
dan biarkan aku
melepas milikku

apa boleh aku yang memulai?
menyisir bulu matamu,
mencabut rindu dari akarnya?

atau kau juga ingin berkelana?
di arus air mataku,
memburu ampas-ampas romansa?

jadi, lepas kacamataku
dan biarkan aku
melepas milikmu

dua musafir
telah sama-sama telanjang
tapi kemudian... tamat

ternyata tak ada nyawa
untuk mereka yang takut
menatap khianat

apa itu sebabnya
mereka selalu menutup mata
saat sedang bercinta?

.

Surabaya, 5/5/17
anya junor





LIHAT KHIANAT 2.0

.

Nanti kalau kamu lihat aku,
Jangan bocorkan kegilaanku!

Nanti aku mau jalan-jalan
Lihat-lihat kota sendirian

Nanti aku pasti lihat banyak orang
Selalu berpasangan, bersenandung senang

Mungkin nanti aku lihat ikan berkaki!
Menyebrang dari kanan ke kiri

Aku juga nanti lihat tanah
Berombak--- jadi aku harus pegangan
Padamu, (tanpa juluran tangan),
atau lebih baik, pada lampu jalan

Nanti kalau aku pusing,
itu karena coba cannabis,
di bawah remang-remang kuning,
jam 23 kemarin Kamis.

Nanti kalau kamu lihat aku
Jangan bilang aku gila!
Jangan sebut kata itu;
nanti aku ingat kamu!

Nanti kalau kamu lihat aku
Jangan suruh aku tidur!
Jangan suruh aku mimpi karena, Sayang,
Aku tidak mau gila lagi.

Bisa-bisa nanti...
Aku lihat Kamis sore di mimpi
Aku lihat kamu,
di mimpi
Aku lihat kamu tidur,
di mimpi
Aku lihat kamu tidur,
Sayang,
berkasur wanita lain, tapi.

Popular posts from this blog

Aku Tidak Ingin Mati Dengan Tenang