Wastafel Tanpa Pipa

This is one of my favorites.

WOW dan ini langka karena based on true events. Aku bener-bener kumur di wastafel tanpa pipa. Yap. Secara harfiah. Dan sikat gigi sampe berdarah, dan darahnya nyentuh kakiku. Aku mikir hal ini gak cuma creepy... tapi berfilosofi.

Menurutku maknanya udah jelas... aku gak bisa lebih eksplisit dari ini. Hehe. Lagi gak pengen ngehitz karena tulisan kontroversial. So, enjoy! Jangan lupa tutup gelas pake... ya penutup gelas. Kalo paginya kamu buat minum, nanti kotor karena debu. Ingat ya.





WASTAFEL TANPA PIPA


I.

Seorang wanita berkumur di wastafel tanpa pipa.

Ia tidak lupa. Tidak juga bodoh. Ia lebih sadar dari penguasa seantero negeri ini.


II.

Seorang wanita berkumur di wastafel tanpa pipa.

Air mengucur ke bawah dan hanya menuju lantai. Atau menuju neraka. Wanita itu marah.


III.

Seorang wanita berkumur di wastafel tanpa pipa.

Kakinya bersimbah darah. Ia harap, pencitraannya juga bisa keluar lewat tenggorokan.


IV.

Seorang wanita berkumur di wastafel tanpa pipa.

Persetan dengan penyakitnya. Siapa juga yang tidak sakit menjadi koruptor di negara miskin?

Seorang wanita berkumur,

lalu menelan darah segarnya.

"Mulai hari ini, aku takkan membunuh saudara sendiri."



Surabaya, 00.14



Hehe tidak. Ternyata saya tidak tega. Baik, akan saya jelaskan maksud saya.

Pada bagian pertama saya baru menjelaskan situasi kalau, ya, dia, sedang berkumur. Dan kenapa tanpa pipa? Dia bodoh apa gimana? Enggak. Dia membiarkan segala sesuatu apa adanya. Pipanya bocor dan rusak, dan ya, akhirnya wastafelnya dibiarkan begitu. Dalam imajinasi saya, wanita ini sudah sampai tahap dimana dia sadar kesalahannya. Oke jelas. Tapi dia bukan hanya beralih dari hitam ke putih, tapi dari hitam ke abu-abu. Karena dia sadar, sejatinya tidak ada baik dan jahat. Benar dan salah. Memang begini adanya, dan beberapa hal memang tidak bisa dirubah. Seperti pipa wastafel yang tidak bisa dipasang, menurut wanita ini... hukum sudah tidak bisa ditegakkan.

Kalimat terakhir berupa sindiran. Saya rasa cukup jelas. Lanjut.

Bagian dua, air mengucur ke lantai. Secara harfiah--- karena wastafelnya tidak berpipa. Biasanya kan tidak karena saluran air atau drainase apalah itu namanya. Saya menjelaskan situasi. Lalu, air menuju ke neraka, sebenarnya sederhana. Lantai itu bumi. Bumi itu tanah. Tanah itu apa yang ia pijak sekarang. Sebenarnya maksud saya saat itu adalah rumahnya. Rumahnya sendiri terasa seperti neraka saking, tahulah, 'kotor'nya setiap perabotan yang ia beli.Ya, uangnya sih yang kotor.

Tapi setelah menyelesaikan puisi ini, saya mulai merasa kalau neraka itu Indonesia. Ya, saya tidak takut untuk bilang bahwa negeri ini adalah tungku panas berisi pendosa-pendosa yang tidak terganggu sama sekali. Wanita itu marah, karena kenyataan pahit ini. Lebih marah lagi karena hal ini telah menjadi tradisi. Khusus untuk kiasan yang ini, neraka, saya serahkan kepada pembaca saja. Interpretasi pribadi sudah saya sertakan tadi.

Pada bagian ketiga kita sampai ke tahap di mana kaki si wanita telah bersimbah darah. Ini merupakan fore shadowing terhadap bagian empat (karena baru dijelaskan kalau berdarahnya karena penyakit keras yang ia punya). NAAAHH kalimat selanjutnya penting karena merupakan bukti bahwa dia pun juga bagian dari 'penguasa' yang disebutkan pada awal puisi. Si wanita adalah pejabat, dan penguasa itu tak lain dari teman-temannya sendiri. Orang-orang penuh pencitraan yang rasanya sudah tak perlu saya perjelas lagi...

Di bagian keempat, si wanita ini kasarannya bertobat. Dia menerima fakta bahwa dia kena penyakit parah. Dan mungkin mati. Dan hidupnya sesat karena berbuat jahat. Dan dia menerapkan ketidakadilan. Dia membunuh saudara sendiri. Nah, 'sakit' nya koruptor yang saya maksud ini tidak lain yaitu sakit jiwa. Ah,iya, sudah jelas ya? Maaf.

MENELAN DARAHNYA SENDIRI? Sial, saya tidak berani bahkan untuk membayangkannya. Sedang batuk berdarah kemudian... ya.... menelan darah sendiri? Nekat. Dan hebat. Itu gambaran saya terhadap si wanita ini. Meninggalkan kehidupannya yang mewah, tapi salah, dan menerima fakta bahwa sisa umurnya harus dihabiskan dengan sakit-sakitan. MENELAN DARAH SENDIRI ADALAH SIMBOL PERTAUBATAN menurut saya sih. Dia menelan karma buruknya--- menelan bulat-bulat--- dan bersumpah bahwa ia tak akan korupsi lagi. Karakter yang saya ciptakan ini sebenarnya luar biasa. Tidak saya kasih nama, sengaja, karena takut melekat:( tidak ada happy ending untuk wanita ini huhuhu bye lady.

Wah ternyata saya berhasil. Seneng deh. Ya begitulah isi dari puisi saya. Saya harap dapat melekat di hati anda, dan membuat anda menjauhi narkoba. Apa hubungannya? Tidak ada. Pokoknya, jauhi saja narkoba.

Saya Anya Junor pamit dulu. Sudah mau jam 11 dan saya mau memasak.

Selamat malam.

Popular posts from this blog

Aku Tidak Ingin Mati Dengan Tenang

Lihat Khianat & Lihat Khianat 2.0